Seperti biasanya, kamis malam
adalah waktuku untuk kembali menabur ide-ide gila demi memenuhi passion anehku.
Demi menjaga semangat menempuh jalan ninjaku dalam pengabdian masyarakat. Jam 9
malam teng kakiku sudah mendarat dipelataran belakang rumah Dosen Kesayangan
yang sangat rajin memberiku pekerjaan, haha. Tapi, aku menikmati dan justru
kecanduan akan hal tersebut. Agenda malam itu adalah menyelesaikan laporan
akhir Program Hibah yang kami dapatkan dari Kemenristekdikti untuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Ditemani 4 orang anggota tim, laptop dan hotspot
internet aku mulai membuka inbox email. Daaaaan, reaksiku biasa saja awalnya
melihat email masuk dari Belmawa Dikti saat itu.
“Mas, ada email masuk ke saya
dari Dikti.” Kata saya pada Mas Daud alias Pak Daud Samsudewa, Ph.D dosen
pembimbing sekaligus motivator terbaik saya selama mengarungi jalan ninja ini.
“Apa isinya Lel?” Tanya Mas Daud.
Ku buka email tersebut, kubaca
dengan sepenuh hati, kuperhatikan penulisannya barangkali ada typo atau salah
ketik, kubaca dalam hati, kubaca kembali dengan suara pelan, daaaan aku
menyerah pada mata ku sendiri. Tertulis dengan sangat jelas dan terang
benderang bahwa : pengumpulan laporan akhir tersebut adalah 30 November 2018
dan saat aku membaca email tersebut adalah tanggal 27 November 2018 yang
artinya waktu kami untuk menyelesaikan laporan tersebut kurang dari 3 hari
lagi. Sementara laporan tersebut baru selesai sekitar 70% alias masih 30% lagi
yang belum dikerjakan. Gawatnya bagian yang belum dikerjakan adalah bagian
laporan penggunaan dana hibah senilai 35 juta. Banyak hal yang menjadi
kendalaku dalam menyelesaikan bagian tersebut. Kalian bayangkan saja, nilai
yang harus kami laporkan penggunaannya adalah 35 juta. Sementara, fresh money
yang baru masuk di rekening kami adalah 28 juta alias (70% nya). Uang sisa
senilai 7 juta (30%nya) akan kami terima ketika telah menyelesaikan laporan akhir
ini. Sedikit absurb. Tapi, begitulah sistemnya kawan. Aku sudah bergelut dengan sistem semacam ini
sejak semester 4. Parahnya, dari uang 28 juta yang telah kami terima baru
sekitar 11 juta yang kami gunakan, belum ada setengahnya. Kenapa kami begitu hemat
? Emmmh tidak, lebih tepatnya kami mengelolanya dengan efektif. Prinsipnya
sederhana, alokasikan dana sesuai peruntukannya.
“Mas, ini email katanya laporan
akhir harus diterima dikti paling lambat 30 November ini. Harus dikirim ke
kantornya Dikti.” Kataku
“Laporanmu sudah sampai mana?”
tanya Mas Daud balik.
“tinggal laporan keuangan mas.
Bagian pendahuluan, logbook kegiatan dan isian-isian lainnya sudah saya
kerjakan.” Jawabku.
“ya sudah kamu selesaikan laporan
keuangannya. Masalah diantarnya nanti saya sounding-kan ke pak Tumin (Staff
Minarik di Rektorat).”
“Hmmm, tapi mas ini kan harus
laporan penggunaan dana 35 juta. Tapi dana yang baru kita pakai kan belum
sampai segitu. Gimana mas?”
“Lho, bukannya dulu sudah saya
ajarkan. Kamu buat nota sendiri untuk mengisi laporan. Tapi, kamu sendiri harus
punya catatan khusus tentang penggunaan dana REAL nya. Pennggunaan dana per
tanggalnya. Paham ?
“paham mas.”
Jam tangan ku sudah menunjukan
pukul 11 malam. Waktu diskusi kami dihabiskan dengan membahas persiapan
kegiatan festival akhir tahun di Desa Mitra kami.
“Dek, malem ini kita kerjakan
laporannya yah bareng.” Tanyaku pada Anis. Salah satu volunteer yang paling
dekat dan mendapat kepercayaan lebih dariku untuk mengelola keuangan ini. Bisa
dibilang dia bendaharanya.
“iyah mba. Sekalian nginep ajah
yah dirumahku.” Kata Anis
“gapapa nginep nih??”
“iyah mba, dirumahku juga ada
printer. Biar lebih enak ngerjakannya.”
“Ojeh gas!!”
“kalian pulang sekarang saja,
kerjakan laporan keuangannya, nanti kalau ada masalah atau kekurangan besok
pagi ketemu saya di Laboratorium lantai 2.” Kata Mas Daud.
Pukul 11.30 malam kami pulang.
Malam itu aku tidak pulang ke kosan. Aku menginap di rumah Anis yang jaraknya
hampir 10 km dari kosanku. Tengah malam, dua orang cewek naik motor melewati
jalan sepi menurun dan berbelok sudah hal biasa bagiku. Itu baru jam 12 malam.
Aku lebih sering dibawa ugal-ugalan oleh Akhyar (rekan ninjaku) karena sudah
pukul 2 malam baru pulang dari Kudus. Kami tidak takut sama kuntilanak
sebenarnya, kami lebih takut dengan gerombolan berkampak a.k.a begal. Tapi,
selama niat kita baik, insyaallah selalu dalam lindunganNya.
Kami sampai dirumah Anis sekitar
setengah satu malam. Malu aku dengan ibunya Anis gara-gara aku Anis jadi sering
pulang malam. Tapi ternyata Anis sering lebih ekstrem lagi dengan menginap di
kampus. Nyatanya saat dikampus, “kehidupan malam” lebih menyenangkan dan hidup.
Haha.
Sampai dikamar Anis kami langsung
beraksi. Printer dinyalakan, 2 laptop dibuka, draft laporan digelar, buku
catatan, ballpoint dan gerombolannya keluar dari sarang. Aku mengerjakan draft
laporan keuangan itu di Ms.Excel sementara Anis mengerjakan nota-nota di laptop
dan segera mencetaknya. Mesin printernya malam itu dipaksa bergadang menemani 2
mahasiswa kurang kerjaan yang tengah dikerjar deadline laporan. Potongan kertas
di sana-sini memenuhi kamar Anis. Jam dinding menunjukan pukul 3 dini hari.
Mataku sama sekali tak merasakan ngantuk namun kepalaku berdenyut-denyut karena
dipaksa melanggar jam biologisnya. Anis menawarkan semangkuk mi rebus dengan
sayuran dan beberapa toples cemilan. Aku tak menolaknya. Cadangan glukosaku
perlu di re-charge agar pembuluh darahku tetap mengalirkan darah menuju otakku
yang saat itu sedang sibuk dan tegang dibawah tekanan. Hmm, baiklah kawan ini
adalah salah satu bentuk “menyakiti diri sendiri” namun tanggung jawab adalah
keharusan yang mesti ditunaikan. Bijaklah dalam menggunakan waktu. Oke? J
Selesai dengan urusan makan dan
nyemil kami langsung tancap gas kembali mengerjakan laporan. Sampai akhirnya
adzan subuh menggerakan kami melangkah menuju keran disamping taman kecil untuk
berwudhu dan sholat subuh. Aku merasakan pening dikepalaku saat sujud, namun
ada perasaan lain yang juga membuatku betah berlama-lama sujud. Ada perasaan
tenang, nyaman, dan damai yang seketika men-Tone Down neuron-neuron dikepalaku.
Selesai sholat subuh kami mulai merapihkan kertas-kertas dan menyusun nota-nota
tersebut kedalam halaman laporan.
“Dek kamu hari ini kuliah jam
berapa?” tanyaku pada Anis yang sepertinya sudah siap-siap tumbang didekapan
bantal.
“jam 7 mba. Nanti jam 6 bangunin
aku yah. Aku mau tidur sebentar.”
Kasihan aku melihatnya. Namun,
dia tetap selalu ada membantuku bahkan ketika anggota lain tak ada yang
sedikitpun menanyakan jobdesc nya. Haha. Hal yang biasa bagiku.
Setelah selesai merapihkan draft
laporan, akupun merebahkan badanku diatas matras dan berusaha memejamkan mata
meskipun aku tahu itu takkan lama. Alarm ku setting di pukul 05.45, tidak ada
satu jam aku tidur. Tak apa. Hal seperti itu sudah jadi biasa semenjak aku
menekuni jalan ninja ini. Begadang adalah rutinitas. Jadi jangan heran kalau
ada waktu luang aku akan mengalokasikannya untuk “hibernasi” bersama bantal dan
guling dikamar. :D
Kami berangkat ke kampus pukul
06.30, tanpa sarapan sebelumnya meskipun saat itu ibunya Anis memaksa kami
untuk sarapan. Anis mengantarku ke kosan sebelum ia berangkat ke kampus. Hari
itu kebetulan jadwal kuliahku tidak terlalu padat. Hanya ada dua mata kuliah di
siang-sore nanti. Sampai dikosan aku bergegas mandi dan berangkat ke kampus.
Bukan untuk kuliah kawan. Aku ke kampus untuk menyelesaikan laporan ini. Aku
berangkat menuju kantor minarik rektorat bersama Kholis (Ketua Tim kelompok
lain yang tahun itu sama-sama mendapatkan dana hibah dan kebetulan dosen
pembimbing kami sama-sama Mas daud) Klop!
Agenda kami diminarik hari itu
adalah untuk meminta izin sekaligus saran terkait pengiriman laporan akhir yang
harus diterima Dikti maksimal tanggal 30 itu. Kami bertemu Pak Tumin. Sosok
birokrat yang asik dan sangat kooperatif dengan kegiatan kami. Tak pernah
merepotkan berlebihan dan justru melakukan hal yang seharusnya kami lakukan.
The best staff ever lah pokoknya.
Pak Tumin tidak yakin jika ada
dari pihak minarik bisa mengirimkan laporan tersebut mengingat saat itu pihak
rektorat sedang disibukan acara pemilihan mahasiswa berprestasi. Selain itu,
jika menggunakan jasa pos atau agen pengiriman lainnya khawatir ada kerusakan
atau keterlambatan. Finally, pak Tumin memberikan saran agar kami saja yang
berangkat ke dikti untuk mengantar laporan tersebut. Hari itu juga surat tugas
dan pengantar dari kampus sudah ditangan kami. Setelah selesai dengan urusan
perizinan aku dan Kholis meluncur menuju laboratorium untuk bertemu Mas Daud.
Melaporkan progres laporan sekaligus meminta izin untuk mengirimkan sendiri
laporan tersebut ke dikti.
“Ya sudah kalau dari pak Tumin
sudah menyarankan demikian kalian tinggal selesaikan kekurangannya malam ini
nanti besok pagi ketemu saya untuk saya cek sebelum kalian copy. Masalah nanti
yang berangkat siapa kalian atur sendiri. Untuk pendanaan beli tiket dan
sebagainya pakai dana yang ada untuk alokasi transportasi. Clear?”
“oke mas, clear.”
Malam itu, sejak Ba`da isya aku
ditemani Haris dan Apip (rekan organisasiku) menyelesaikan laporan tersebut
hingga larut malam. Selain sibuk dengan urusan nota dan laporan, aku juga sibuk
berkomunikasi dengan Mas Azmi (FYI dia ini satu angkatan denganku, aku
memanggilanya Mas karena kami baru kenal dan supaya lebih sopan saja hehe) yang
akan menemaniku ke dikti sebagai perwakilan dari timnya Kholis.
Kami berdiskusi tentang mau naik
kereta apa? Jam berapa? Hingga masalah mau nginap dulu atau langsung pulang.
Setelah berdiskusi cukup panjang terkait menginap atau langsung pulang aku
memesan tiket kereta untuk kami berdua. Aku memesan tiket kereta api Tawang
Jaya Premium dari Semarang Tawang ke Pasar Senen (08.40-04.20) kelas ekonomi
senilai 200.000,-/orang. Tiba-tiba Apip yang dari tadi diam dan asyik dengan
pekerjaannya nyeletuk,
“Lel, aku nda (tidak) diajak
nih?” tanyanya sambil tertawa kecil.
“hmm, kamu mau ikut tho Pip?”
“yah kalau boleh. Bosen lah aku
tiap minggu ke Kudus mulu. Sekali-kali pingin ngerasin main ke kota.”
“ya udah, ini aku udah pesen 2
tiket buat aku sama mas Azmi. Kamu pesen sendiri gapapa? Nanti uangnya aku
transfer atau nanti aku bayar sekalian.” Jawabku yang disambut ekspresi
bahagianya yang sangat kentara.
“oke Lel, kamu di gerbong berapa?
Seenggaknya kita satu gerbong.”
“aku di gerbong 4.”
Urusan tiket dan jadwal
keberangkatan serta schedule saat di Jakarta nanti sudah selesai. Malam itu
juga ku kirim file Pdf laporan akhir ke email Apip untuk diprint dan dijilid.
Besok paginya, aku dan Apip serta
Kholis sudah janjian untuk meminta tandatangan dari pembimbing kami Mas Daud
untuk halaman pengesahan dan logbook. Taukah kalian kawan? Satu tandatagan
beliau harus diganti dengan satu kali nyanyi Mars dan Hymne Undip. Hal tersebut
bukan tanpa alasan, kata beliau itu dilakukan agar jangan sampai mahasiswa
Undip sendiri lulus tidak tahu dasar-dasar dan cita-cita Universitasnya yang
tertuang dalam nada-nada sakral tersebut.
Hari itu aku harus mendapatkan 3
tandatangan beliau untuk 3 rangkap laporan yang artinya aku harus menyanyikan
3x mars dan hymne Undip. Namun, karena beliau tahu kami sudah sangat bekerja
keras untuk menyelesaikan laporan tersebut kami hanya diminta menyanyikannya
sekali saja. Oke Good Job!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar