Sabtu, 07 November 2020

Jalan-jalan Ala Mahasiswa Setengah PNS Part 2

 

Selepas isya, Aku, Apip dan Mas Azmi berjanji bertemu di depan minimarket dekat kosanku. Apip sudah siap dengan tas jinjing berisi laporan kelompok ku dan Kholis. Jam tangan menunjukan pukul 19.30 saat itu mas Azmi yang memesan taxi online untuk kami menuju stasiun. Malam itu hujan baru saja reda, saat sudah didalam mobil sang supir menanyakan jadwal keberangkatan kereta kami. Kereta kami berangkat pukul 20.10 yang artinya kami punya waktu sekitar 40 menit. Kata sang supir beberapa ruas jalan terjadi kemacetan karena ada genangan. Ia menawarkan untuk melalui jalur tol guna mempercepat waktu. Kami menyetujui dengan memberikan tambahan fee kepadanya.

Sampai stastiun kami langsung cetak tiket, boarding dan naik kedalam rangkaian kereta. Tak sampai 15 menit kereta kami langsung berangkat menuju tujuan akhir stasiun pasar senen. Perjalanan malam itu menghabiskan waktu selama ± 7 jam. Kami sempat mengobrol sebentar sebelum akhirnya sibuk dengan makan malam masing –masing lalu kemudian terlelap.

Pukul 03.40 kami sampai di stasiun pasar senen. Kami beranjak menuju musholla untuk sholat subuh. Selesai sholat subuh sekitar pukul 5 kami berdiskusi sebentar didepan musholla. Waktu masih sangat pagi, kami memutuskan untuk mencari sarapan disekitar kawasan kantor Dikti yang ternyata bersebrangan dengan area Glora Bung Karno. Mas Azmi memesan taxi online untuk mengantar kami dari stasiun senen menuju senayan. Mungkin bapak supir nya heran, jam 5 subuh ngapain ada yang order ke kantor Dikti :D Aku duduk didepan bersama pak supir sementara Apip dan Mas Azmi dibelakang. Percakapan ringanpun dimulai ...

“ini mas-mas mba nya dari mana ?”

“kami dari Semarang Pak.”

“walah jauh-jauh ada kegiatan apa ini mba?”

“kami mau ke Dikti buat nganter laporan kegiatan pak.”

“ini baru setengah 6 lho mba, nanti disana belum buka juga pasti. Ini nanti turunnya tepat di kantor Diktinya ?”

“iyah pak nanti kami turun dikantor diktinya saja ndapapa”

Saat itu aku menyalakan ponsel dan membuka instagram. Dari dalam mobil aku merekam story perjalanan yang saat itu melewati jalan yang kiri kanannya gedung-gedung pencakar langit. Daaan terceletuklah candaan mas Azmi,

“Iki cah biasane ngubek2 desa saiki main ke kota (ini anak biasanya muter2 di desa sekarang main ke kota), maklum yah pak.”

“haha, gapapa mas. Sekali-kali kita harus melihat dunia dengan sisi  berbeda.” Aku menjawab sok bijak.

Dan benar saja, kami sampai di depan kantor Dikti disambut rintik gerimis tipis yang cukup buat rambut Apip dan Mas Azmi klimis-klimis. Kami bingung beberapa saat karena kantor dikti jelas-jelas belum buka dan disekitar situ adalah area perkantoran yang sulit banget nyari warung atau tongkrongan untuk menghabiskan waktu. Aku yang clingak-clinguk mendapati beberapa orang bergerombol dibelakang kantor dikti dan sepertinya mereka adalah karyawan kantor yang sedang mencari sarapan. Benar saja, saat kami mencoba beranjak dan mendekati kerumunan kecil tersebut disitu ada seorang ibu yang menjual nasi uduk. Ojeh Klop! Kami memesan 3 porsi nasi uduk, lengkap dengan telur dadar dan teh manis hangat di gelas plastik. Kami makan disitu. Tapi, eitssss si ibu tidak menyediakan tempat duduk atau tikar sehelaipun L jadi mau tidak mau kami makan sambil duduk ditrotoar pinggir jalan, persis gembel. Untung kami masih pakai jaket dan sepatu serta tas lengkap. :D jalanan sekitar masih cukup sepi, ditemani gerimis yang masih manis kami menikmati nasi uduk sampai habis.

Selesai dengan acara sarapan, Apip mengajak kami untuk beranjak melihat-lihat stadion GBK yang kebetulan berada tepat di sebrang kantor dikti. Okay, why not.

Kami masuk halaman GBK dan beruntungnya langsung menemukan masjid. Sebuah tempat yang selalu menjadi pilihan singgah saat kaki belum menentukan arahnya melangkah. Cuaca pagi yang ditemani gerimis manis rupanya sangat cocok untuk istirahat. Kurang ajarnya, mereka tidur dipelataran masjid dan membiarkan aku menjaga barang-barang kami sendirian. Saat jam tangan menunjukan pukul setengah 8 aku membangunkan mereka dan menyuruh mereka bersiap. Apip tiba-tiba berinisiatif mandi pagi dulu di kamar mandi masjid.

“mau ketemu orang dikti masa ga mandi dulu?:D” katanya.

Baiklah, aku menunggu mereka berdua mandi. Lagipula mereka juga butuh ganti baju karena dari semarang mereka hanya pakai kaos dan jaket. Khawatir sampai dikti malah diusir. Wkwkw

Kami kembali ke kantor dikti dan menuju resepsionis kemudian mendapatkan kartu tanda pengunjung untuk bisa mengakses lingkungan dikti. Kami kemudian naik ke lantai 5 gedung dikti untuk bertemu Pak Yusman. Setelah hampir setengah jam menunggu sambil menyaksikan kesibukan orang berlalu lalang akhirnya kami bertemu dengan beliau. Senangnya, Pak Yusman ternyata bukan sosok pegawai yang terlalu to the point, sebelum kami menyerahkan laporan tersebut beliau mengajak kami berdiskusi ringan tentang PHBD dan kehidupan di dikti, sampai rencana kami selama di Jakarta mengingat kami datang jauh-jauh dari Semarang.

“Mba, ini pak dosennya?” tanya pak Yusman padaku.

“hehe ini teman saya pak, mas Azmy.” Jawabku.

“walaah, saya kira bapak dosen karena sekilas sudah mirip pak dosen ini mas nya.” Seloroh beliau.

Kami kemudian berbincang sampai hampir setengah jam sebelum akhirnya serah terima laporan yang ditutup dengan kegiatan utama yakni foto-foto alias dokumentasi. Sebelum pamit, beliau masih menawarkan kami untuk lihat-lihat di kantor dikti. Namun, karena jadwal kereta kami jam 3 sore nanti jadi kami memutuskan untuk langsung pamit agar sempat mampir ke lokasi lainnya.

Ada Sebuah janji yang harus kutunaikan adalah foto di depan logo kemenristekdikti. Haha meski jam kantor sudah mulai dan mobil keluar masuk kami tetap santai jepret-jepret di depan kantor dikti.

Sebelum memutuskan hendak beranjak kemana setelah itu, kami jalan-jalan sebentar dibagian luar stadion GBK. Saat itu, sedang hype-hype nya ajang Asean Games jadi suasana GBK memang lebih meriah dari biasanya. Tidak sampai satu jam kami jalan-jalan di GBK karena hari sudah mulai panas, kami memesan taxi online menuju masjid istiqlal. Hari itu hari jum`at, Apip dan mas Azmi harus melaksanakan sholat Jum`at.

Kami menuju masjid Istiqlal untuk melaksanakan sholat sekaligus makan siang disekitar situ. Jalanan hari itu cukup padat dan bisa dibilang hampir macet. Sesuatu yang biasa di jakarta namun agak jarang terjadi di Semarang. Hehe

“Ini emang udah mulai macet ya pak?” tanyaku pada pak supir.

“iyah mba, ini juga kan bentar lagi 2 desember to? Udah mulai ada massa juga yang bergerak buat reuni di monas.” Jelas si bapak.

“oalaah pantesan ya pak, hehe”

“ini masih tanggal 30 November ajah udah rame gini mba, kalau besok mungkin beberapa jalan menuju monas udah di tutup gabisa kemana-mana pasti mba nya. Mba nya gak ada rencana nginep di sini dulu kan?” tanya si bapak.

“engga sih pak, tadinya mau nginep tapi syukurlah kita gak jadi nginep pak ini nanti jam 3 langsung pulang ke Semarang.” Jelasku.

Kami sampai di masjid Istiqlal saat waktu masih menujukan pukul 10. Sebelum sholat jumat aku mengajak mereka untuk makan siang terlebih dulu disekitar masjid. Kami jalan kaki di bagian luar pagar utama masjid istiqlal dan mendapati banyak pedagang beraneka ragam pernak pernik mulai dari tasbih sampai topi berlafadz kalimat-kalimat suci. Kami hanya berjalan sambil lihat kanan kiri yang penuh keramaian.

Tak lama kami menemukan jajaran PKL dibawah jalur KRL. Salah satu pedagang menarik perhatian mataku dengan tulisang “Ayam Goreng Sambel Gledek”. Haha sepertinya ini akan terasa seperti kesamber gledek disiang bolong. :D

Makan siang dibawah rek kereta KRL dengan menu Ayam Goreng Sambel Gledek ditemani backsound suara kereta yang lewat benar-benar seperti suara gledek. Berkali-kali aku mengira bahwa hari akan hujan. Sambil sibuk mengusap kening yang berkeringat deras karena memang sambelnya bener-bener bikin lidah kesamber gledek :D

Setelah selesai dengan acara makan, kami kembali ke area masjid untuk sholat jumat dan sholat dzuhur. Tentu saja, saat sholat jumat aku menunggu mereka di teras masjid sambil menjaga tas-tas besar mereka. Sholat jumat hari itu memang tidak seperti biasanya, barisan tentara berseragam hijau memenuhi hampir seluruh teras masjid. Aku yang sedari tadi menunggu disitupun berangsur menggeser tempat duduk sampai akhirnya terpojok di dekat kotak amal menuju tempat wudhu. Mengenaskan. Wkwkw.

Ada pemandangan yang aku tangkap, selain banyak tentara berbaju hijau, peserta unjuk rasa berseragam putih-putih, ibu-ibu bercadar, dan sebangsanya, aku melihat banyak penjual plastik kresek. Mayoritas kakek-kakek sepuh. Mereka menawarkan plastik seharga 2000 rupiah kepada jemaah sholat jumat untuk menaruh sepatu atau sendal mereka selama sholat. Impressive! Jujur, aku lebih senang melihat orang-orang yang berjualan keresek atau malah sekedar memungut koran bekas yang ditinggalkan jemaah sholat ied, daripada pengemis yang meminta-minta dengan kondisi fisik yang masih bugar, bermodal baju sobek dan bungkus permen, meminta-minta tanpa melakukan apapun. Nonsense menurutku. Tidak mendidik dan tidak baik bagi mentalitas manusia. Mungkin aku dikira jahat dan sebagainya, tapi tak apa, itu pandanganku kawan.

Selesai mereka sholat jumat, giliranku untuk menunaikan sholat dzuhur. Setelah selesai dengan acara sholat, kami berjalan kaki menuju monumen nasional yang jaraknya sekitar 10 menit berjalan kaki dari istiqlal.

Perjalanan ini kami tutup dengan jalan-jalan di monas, ditengah hari yang panas, ditemani pemandangan jakarta yang ganas. Kami sampai di Semarang disambut dengan sebuah lagu yang sangat epic... Lemon Tree dari Fools Garden. Mantap!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan-jalan Ala Mahasiswa Setengah PNS Part 2

  Selepas isya, Aku, Apip dan Mas Azmi berjanji bertemu di depan minimarket dekat kosanku. Apip sudah siap dengan tas jinjing berisi laporan...