![]() |
sumber : dok. pribadi |
Untuk atau Bersama ?
“konsep pengabdian gaya baru”
Pengabdian adalah hal yang
melelahkan, itu benar dan aku akui. Bisa dibilang diantara Tri Dharma Perguruan
Tinggi, bagian ini adalah yang paling sepi peminatnya. Meskipun demikian, ada
saat-saat dimana ia banyak diminati, ada saat-saat dimana ia banyak di banjiri
orang-orang. Namun, ada hal yang unik disini. Akan ku ceritakan kepadamu,
kawan.
Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ku
maksudkan diatas terdiri dari tiga hal yakni, pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat. Tiga hal tersebut adalah kewajiban pokok yang wajib
dilaksanakan oleh sebuah perguruan tinggi. Bicara soal Tri Dharma perguruan
tinggi yang pertama yakni pendidikan. Ku ceritakan padamu, poin ini merupakan
sebuah kewajiban, keharusan dan keseriusan yang harus di junjung tinggi oleh
setiap insan kampus. Bagaimanapun, kewajiban utama seorang mahasiswa adalah
belajar. Kamu bisa lulus dari sebuah perguruan tinggi, bukan karena kamu
aktivis organisasi atau pejuang kompetisi. Pendidikan ini kau buktikan dengan
selesainya skripsi dan kelulusan serta gelar mu yang akan tetap menjadi
pembuktian eksistensi diri. Poin pendidikan ini wajib dilaksanakan oleh setiap
mahasiswa selama masa perkuliahan, berani main-main dengan hal ini dipastikan
nasibmu bisa berakhir di ruang dekan. Poin kedua yang tak kalah menterengnya
adalah penelitian. Mendengar kata “penelitian” yang pertama terlintas dibenak
mu pastilah serangkaian aktivitas pengamatan melelahkan, laboratorim penuh
macam-macam larutan, deretan mesin dan alat setengah jadi bernama ‘Rancangan’
yang dihasilkan dari percobaan, atau malah serangkaian deretan piala
penghargaan atas bermacam-macam penemuan. Yah, biasanya bagian ini adalah kesukaan
mahasiswa penggila prestasi yang hobinya berkompetisi.
Poin ketiga, Pengabdian Masyarakat.
Poin ini bisa dibilang poin musiman bagi kebanyakan mahasiswa. Kenapa musiman?
Mungkin teman-teman mahasiswa sudah tidak asing dengan yang namanya KKN (Kuliah
Kerja Nyata). Sebuah kegiatan lapangan yang ‘menuntut’ mahasiswa untuk belajar
mengaplikasikan disiplin ilmu yang menjadi fokusnya untuk mencoba memberi
solusi atas permasalahan yang ada di masyarakat. Dan saat KKN inilah mahasiswa
‘diharuskan’ melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. KKN merupakan salah satu
bentuk kegiatan pengabdian masyarakat kampus dalam hal memenuhi Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Sebuah kegiatan yang mengerahkan ribuan mahasiswa untuk
secara masif ‘dituntut’ turun di masyarakat. Kenapa ‘menuntut’ dan ‘dituntut’
harus muncul untuk mendefinisikan kegiatan yang seharusnya bersifat sukarela
ini? – jawabannya adalah karena kenyataanya sebagian besar mahasiswa menjalani
KKN hanya sebagai pemenuhan SKS, bukan sebagai panggilan nurani untuk
benar-benar mengabdi. Sehingga, solusi yang seharusnya disusun berdasarkan
kondisi lapangan malah didasarkan pada keinginan. Konsep program yang
kebanyakan masih menjadi panutan adalah “Hit and Run”, pukul lalu lari. Hit and
run ini menjadi konsep pengabdian yang paling di sukai. Mengapa ?—karena
sederhana. Kamu datang ke masyarakat, kamu punya sumberdaya entah itu barang, uang
ataupun penemuan, berikan dan ajarkan kepada masyarakat, setelah timeline KKN
selesai pulang. Urusan masyarakat bisa meneruskan atau tidak itu bukan urusan
kita. Hal ini menyebabkan solusi yang diberikan hanya bersifat sebagai obat
penahan sakit, bukan obat yang menyembuhkan. Sehingga kehadiran mahasiswa bukan
membuat mereka berkembang, tapi membuat mereka ketagihan lalu ketergantungan.
Barangkali, tujuan KKN atau kegiatan pengabdian masyarakat lainnya perlu
sedikit di revisi. Bukan untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat, namun
membentuk pola pikir masyarakat sehingga mereka mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri. Hal ini menjadi penting karena masalah di masyarakat akan sangat
dinamis. Tidak bisa diselesaikan dengan satu atau dua solusi yang praktis. Konsep
“hit and run” akan tetap menghasilkan solusi tanpa penyelesaian, karena dalam
konsep tersebut kita beranggapan bahwa pengabdian masyarakat adalah kita
bekerja ‘untuk’ masyarakat. Selama pengabdian masyarakat dilakukan dengan
bekerja untuk masyarakat, kita hanya akan membentuk masyarakat menjadi mental
pengemis bukan pengais.
Lain hal nya dengan konsep “pemberdayaan masyarakat”.
Bukan kita bekerja untuk masyarakat, tapi kita bekerja ‘bersama’ masyarakat.
Dalam hal ini, tidak hanya masyarakat yang berkembang. Namun kemampuan,
softskill, dan pengetahuan kita sebagai mahasiswa juga akan ikut berkembang.
Kita bukan lagi sebagai orang yang mengabdi kepada masyarakat, tapi kita
sebagai orang yang mampu membuat masyarakat berdaya dan mandiri. Pada konsep ini
seharusnya niat mahsiswa yang akan menjalani KKN mulai ditata. Sehingga,
program yang disusun dalam KKN atau kegiatan sosial lainnya tidak hanya sekedar
selesai sebagai laporan, atau indikator penilaian namun juga secara nyata
membawa perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar