Jumat, 31 Mei 2019


pic: pixabay.com


STATIS 


Masih dengan langit-langit yang sama
Masih dengan rutinitas yang sama
Tanpa gelombang dinamika
Tanpa bising nada-nada
Begitu diam
Dalam hening mendalam
Begitu tenang tanpa bintang gemintang
Hanya ditemani cahaya redup dan bunyi sayup-sayup

Kamis, 30 Mei 2019

sumber : dok. pribadi

Untuk atau Bersama ?
“konsep pengabdian gaya baru”

            Pengabdian adalah hal yang melelahkan, itu benar dan aku akui. Bisa dibilang diantara Tri Dharma Perguruan Tinggi, bagian ini adalah yang paling sepi peminatnya. Meskipun demikian, ada saat-saat dimana ia banyak diminati, ada saat-saat dimana ia banyak di banjiri orang-orang. Namun, ada hal yang unik disini. Akan ku ceritakan kepadamu, kawan.
            Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ku maksudkan diatas terdiri dari tiga hal yakni, pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Tiga hal tersebut adalah kewajiban pokok yang wajib dilaksanakan oleh sebuah perguruan tinggi. Bicara soal Tri Dharma perguruan tinggi yang pertama yakni pendidikan. Ku ceritakan padamu, poin ini merupakan sebuah kewajiban, keharusan dan keseriusan yang harus di junjung tinggi oleh setiap insan kampus. Bagaimanapun, kewajiban utama seorang mahasiswa adalah belajar. Kamu bisa lulus dari sebuah perguruan tinggi, bukan karena kamu aktivis organisasi atau pejuang kompetisi. Pendidikan ini kau buktikan dengan selesainya skripsi dan kelulusan serta gelar mu yang akan tetap menjadi pembuktian eksistensi diri. Poin pendidikan ini wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa selama masa perkuliahan, berani main-main dengan hal ini dipastikan nasibmu bisa berakhir di ruang dekan. Poin kedua yang tak kalah menterengnya adalah penelitian. Mendengar kata “penelitian” yang pertama terlintas dibenak mu pastilah serangkaian aktivitas pengamatan melelahkan, laboratorim penuh macam-macam larutan, deretan mesin dan alat setengah jadi bernama ‘Rancangan’ yang dihasilkan dari percobaan, atau malah serangkaian deretan piala penghargaan atas bermacam-macam penemuan. Yah, biasanya bagian ini adalah kesukaan mahasiswa penggila prestasi yang hobinya berkompetisi.
            Poin ketiga, Pengabdian Masyarakat. Poin ini bisa dibilang poin musiman bagi kebanyakan mahasiswa. Kenapa musiman? Mungkin teman-teman mahasiswa sudah tidak asing dengan yang namanya KKN (Kuliah Kerja Nyata). Sebuah kegiatan lapangan yang ‘menuntut’ mahasiswa untuk belajar mengaplikasikan disiplin ilmu yang menjadi fokusnya untuk mencoba memberi solusi atas permasalahan yang ada di masyarakat. Dan saat KKN inilah mahasiswa ‘diharuskan’ melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. KKN merupakan salah satu bentuk kegiatan pengabdian masyarakat kampus dalam hal memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebuah kegiatan yang mengerahkan ribuan mahasiswa untuk secara masif ‘dituntut’ turun di masyarakat. Kenapa ‘menuntut’ dan ‘dituntut’ harus muncul untuk mendefinisikan kegiatan yang seharusnya bersifat sukarela ini? – jawabannya adalah karena kenyataanya sebagian besar mahasiswa menjalani KKN hanya sebagai pemenuhan SKS, bukan sebagai panggilan nurani untuk benar-benar mengabdi. Sehingga, solusi yang seharusnya disusun berdasarkan kondisi lapangan malah didasarkan pada keinginan. Konsep program yang kebanyakan masih menjadi panutan adalah “Hit and Run”, pukul lalu lari. Hit and run ini menjadi konsep pengabdian yang paling di sukai. Mengapa ?—karena sederhana. Kamu datang ke masyarakat, kamu punya sumberdaya entah itu barang, uang ataupun penemuan, berikan dan ajarkan kepada masyarakat, setelah timeline KKN selesai pulang. Urusan masyarakat bisa meneruskan atau tidak itu bukan urusan kita. Hal ini menyebabkan solusi yang diberikan hanya bersifat sebagai obat penahan sakit, bukan obat yang menyembuhkan. Sehingga kehadiran mahasiswa bukan membuat mereka berkembang, tapi membuat mereka ketagihan lalu ketergantungan. Barangkali, tujuan KKN atau kegiatan pengabdian masyarakat lainnya perlu sedikit di revisi. Bukan untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat, namun membentuk pola pikir masyarakat sehingga mereka mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini menjadi penting karena masalah di masyarakat akan sangat dinamis. Tidak bisa diselesaikan dengan satu atau dua solusi yang praktis. Konsep “hit and run” akan tetap menghasilkan solusi tanpa penyelesaian, karena dalam konsep tersebut kita beranggapan bahwa pengabdian masyarakat adalah kita bekerja ‘untuk’ masyarakat. Selama pengabdian masyarakat dilakukan dengan bekerja untuk masyarakat, kita hanya akan membentuk masyarakat menjadi mental pengemis bukan pengais.
            Lain hal nya dengan konsep “pemberdayaan masyarakat”. Bukan kita bekerja untuk masyarakat, tapi kita bekerja ‘bersama’ masyarakat. Dalam hal ini, tidak hanya masyarakat yang berkembang. Namun kemampuan, softskill, dan pengetahuan kita sebagai mahasiswa juga akan ikut berkembang. Kita bukan lagi sebagai orang yang mengabdi kepada masyarakat, tapi kita sebagai orang yang mampu membuat masyarakat berdaya dan mandiri. Pada konsep ini seharusnya niat mahsiswa yang akan menjalani KKN mulai ditata. Sehingga, program yang disusun dalam KKN atau kegiatan sosial lainnya tidak hanya sekedar selesai sebagai laporan, atau indikator penilaian namun juga secara nyata membawa perubahan. 
pic: pixabay.com



ESENSI DAN TEKNOLOGI

semudah itukah teknologi mengubah esensi ?
membuat janji yang dengan mudah di ubah
membuat temu tak lagi mengurai rindu
membuat bicara bukan lagi tentang bertatap mata

semuanya meninggalkan jejak
hingga privatisasi dianggap diskriminasi
kita tak lagi mengenal rahasia
sulit membedakan mana yang iya dan tidak

semua bisa di cari
hingga kita mulai lupa dengan skill yang namanya bertanya
perlahan namun pasti
sosialisasi mulai menjadi isolasi

kita mulai asing dengan kenyataan
kita mulai lupa seni bertanya
kita mulai lupa etika bicara
kita mulai lupa cara bertanya

lalu, apakah mungkin kita sudah mulai kehilangan esensi sebagai manusia?

pic: pixabay.com

Perlahan Kejam

Ini seharusnya menjadi sederhana
Namun karena sebuah rasa
ini menjadi tak biasa
Bahkan permainan retorika menjadi kian mudah
Saat kita sama-sama tak ada yang mau mneyerah

Mempertahankan ego yang semakin menyesakan
Demi rasa nyaman yang kita tahu tak akan lama bertahan
Sudahlah! Berhenti membuatku terkesan
Jika setiap semoga hanya akan berujung harapan
Berhentilah tersenyum dan tertawa
Jika setiap kisahmu masih terselip nama nya

Mengertilah,
Ini tak hanya membingungkan
Ini menyesatkan.
Membuat setiap langkahku selalu berujung buntu
Ketika setiap kali berusaha melupakanmu
Rasa rindu selalu kembali seakan tak tahu waktu
Ia sangat keterlaluan
Namun membuatku kecanduan
Ya, itulah kamu!
Bagai racun yang mematikan
Namun dengan dosis yang aman kau justru membuatku ketergantungan
Mengapa tak sekalian kau berikan racun itu untukku?
Agar semua ketergantungan ini selesai
Meski aku yang harus terkulai

Tapi,
Kau tetap memilih dosis aman
Agar aku tak merasa bahwa ia mematikan
Kau sengaja membuatku lebih lama bertahan
Agar kisahmu masih ada yang dengar
Dan disimak dengan tegar

Aku kian rapuh
Saat kau tiba-tiba menjauh
Sementara aku sudah terlanjur butuh
Aku merasa kian kalah
Saat kau terus melangkah  
Menuju pelabuhan lain yang lebih indah
Aku benar-benar punah
Musnah!
Bersama butiran tanah basah
Menuju muara penyesalan yang tak kunjung sudah.

pic : pixabay.com
PENANTIAN 

Hari demi hari telah ku lalui
Waktu demi waktu telah ku lewatkan
Lautpun telah kusebrangi
Tiada terasa dan tiada kurasa

Rambutpun mulai memutih
Kulitpun mulai mengerut
Dunia mulai menua
Mengejar cita-cita tiada rasa tiada karsa

Bertambahnya luka yang tiada tara
Tak membuatku berputus asa

Wahai sahabatku,
Jadilah engkau jadi pohon beringin
Dimana insan dapat berteduh
Dan janganlah engkau jadi pohon yang kering
Tempat sang pungguk melepas rindu
dan kang pondok mencari kayu



pic: pixabay.com

FILOSOFI JALAN KAKI

Kadang,
Untuk bisa searah, kita harus mengalah

Kadang,
Untuk bisa selamat, kita harus melambat

Kadang,
Untuk bisa tetap bertatap, kita yang harus mendekat

Sabtu, 11 Mei 2019




#PART 1
"Thanks Ketanggungan yang gak tanggung-tanggung"

Setelah menjelajahi kudus dan makan malam sampe mabok di Semarang, entah dapat bisikan dari mana aku ikut kegiatan lapangan yang gak tanggung-tanggung. Serius ini gak tanggung-tanggung sampe aku dapat lokasi survey di tempat namanya Kecamatan Ketanggungan, Kab. Brebes.
Lucunya, sebelum akhirnya aku kesambet ngeklik send buat kirim biodata buat apply kegiatan ini aku selalu ngeledekin temen aku yang udah kecanduan sama kegiatan ini. Agak konyol sih, aku kayak jilat ludah sendiri (jangan di bayangin). Ngejalanin sesuatu yang awalnya aku ketawain habis-habisan. Alhasil pas H-1 berangkat aku masih nge exclude temen aku itu (sebut aja Udin Re: bukan nama asli) dari daftar orang yang bisa nge-seen story whatsapp aku. Chill banget. Maksudnya biar dia gak tau kalau aku ikut survey kayak dia. Jujur aku takut di ketawain balik habis-habisan.
Well, sebenernya kegiatan survey ini bukan kegiatan yang lucu. Sama sekali gak ada yang lucu. Yang lucu itu cuma kamu, iya kamu.
*malah gombal...
Jadi tugas aku di survey ini adalah wawancara responden dan mengupload hasil wawancara secara online. Yap, pekerjaan yang benar-benar ramah lingkungan. Tanpa kertas dan setumpuk dokumen. Bisa aku bilang ini main sambil kerja. Dengan cuma modal hape dan kuota.
Singkat cerita, tanggal 16 April 2017 aku berangkat dari Semarang ke Brebes naik KA Kaligung yang jam 08.55 dan sampe di Stasiun Brebes jam 11.32. H-15 menit nyampe aku udah mulai nyeting pesenan go-je* dan ngecek harga buat sampe ke Kantor Camat Ketanggungan. 27k its okay. Padahal kalau aku sabar dikit, turun dari kereta dipintu keluar stasiun terpampang nyata senyata-nyata nya ada angkutan umum elp dari stasiun brebes ke Ketanggungan. Huh! Dasar aku, pinginnya yang cepet. Padahal budget pas-pas an. Tapi karena aku totalitas jadi masalah akomodasi sebagian jadi kewajiban aku (dompet aku) buat nalangin hal-hal remeh temehnya.
Well, then we arrive at Brebes Station. Si babang udah nangkring depan stasiun dan mungkin karena liat “tampilan mahasiswa” aku si abang tanya mau langsung ke Ketanggungan? Ya iyalah pak, masa transit dulu di Tegal.
Setelah mulai jalan, aku baru ngeh ternyata ini lewat jalan pantura. Maps di hp aku nunjukin perjalanan masih 21 menit lagi. Gilaaaaa ternyata jauh weeeey!!
Yang aku pikirin bukan aku telat atau bakal gosong di jalan pantura, aku mikir ini nanti si babang nya balik lagi lumayan jauh. Jiwa ibu peri aku gak tega. Tapi kalau aku minta turun di tengah jalan juga gak mungkin. Itu namanya sok Pahlawan!
Sepanjang jalan aku banyak ngeliat elp jurusan ketanggungan. Sekali lagi aku kembali nyeselin kenapa aku gak naik elp aja. Tapi ya sudah. Si babang goje* nya kasian kalau aku gerutu terus. Haha
“mba nanti turun di kantor kecamatannya ?” tanya si babang
“iya pak.” Aku jawab singkat.
Sebenernya aku masih gak tau habis dari kantor kecamatan mau kemana dan naik apa. Huh! Dasar Aku! Segala sesuatunya Cuma modal bismillah dan di akhiri Alhamdulillah. But really, it works!
Sampe di kantor kecamatan aku langsung tanya musholla dimana. Yap! Musholla dan masjid selalu jadi tujuan aku ketika di perjalanan aku bingung mau kemana dan naik apa.  Aku sholat dzuhur dan sedikit senderan di musholla sambil mikirin ini aku udah di kecamatan nya, tinggal gimana aku sampe di desa yang namanya Dukuhturi.
Fine, akhirnya habis beberes barang-barang aku mutusin buat beli es kelapa di warung sebrang sambil tanya-tanya kali aja ibunya tau pangkalan ojek terdekat.
Setelah beli es kelapa dan sedikit SKSD sama si ibu. Singkat cerita di sekitar situ gak ada ojek ataupun becak ataupun kapal otok-otok. Akhirnya si ibu nawarin buat berangkat bareng sekitar jam 3 an. Aku nge iyain karena i don`t have another plan saat itu. Gak sampe 20 menit si ibu berubah pikiran dan nyuruh sodaranya nganter aku ke balai desa Dukuhturi. Daaaaaan.. eng ing eng.. sodaranya si ibu adalah seorang pemuda bersarung dengan lengan penuh tato kayak pake manset batik..
Eh, aku harus ngapain nih? Hmmm i don`t have another choice again. Aku nge iyain dan minta maaf ke mas nya kalau aku malah negerepotin. Setelah mulai jalan, ternyata jaraknya lumayan.. buat aku itu lumayan deket. 2 km lah. Paling kalau jalan kaki 15 menit nyampe. Tau sendiri kata emak aku dulu, aku kalau jalan kayak orang lari. Haha
Ditengah jalan aku coba kenalan aja sama mas nya. Yakali udah ditolongin gak tau namanya sama sekali orang yang nolongin kan kebangetan. Namanya mas Arif. Weeeeh! Jenenge apik yo (namanya bagus ya). Aku kenalan kalau nama aku Leli Asli Jawa Barat tapi udah 4 tahun di Semarang.
Singkat cerita aku udah sampe ke balai desa dan ngasih surat izin kegiatan survey aku dan ngelanjutin buat nyari TPS yang dimaksud. Lagi-lagi aku minta maaf gara-gara harus ngerepotin mas Arif nganter aku sampe ketemu KPPS nya. Di tengah jalan dia sempet cerita kalau dia dulu di pesantren di Magelang tapi 2 tahun aja. Habis itu dia kabur dan ikut temen-temennya sampe kayak gini. (tatoan)
“dulu tuh aku mondok di pesantren di magelang mba. Dapet 2 tahun tapi habis itu aku kabur dan sampe kayak gini. Makanya ibu bapak tuh kecewa banget sama aku sekarang.”
“waah keren ya mas, sempet di pondok. Aku dulu di pondok Cuma 2 bulan habis itu minta dijemput balik. Gak kuat aku.”
Aku berusaha ngeapresiasi prestasi mas Arif yang ternyata anak pondok weeee.. gak main-main cuy!
Oke, pelajaran berharga lagi buat aku : Jangan liat orang dari luarnya aja. Karena sekarang banyak orang style penjahat tapi ternyata hatinya ustadz. Sama juga banyak orang yang tampilan pejabat ternyata penjahat!
So many things i`ve learned today.
Aku masih harus nginep sampe besok, dan karena keahlian survival aku udah gak di raguin lagi. Di hari yang sama sebelum ashar, aku udah dapet tempat buat tidur nanti malam. Thanks mas Arif, hope someday we can meet again. Semoga selalu diberkati Allah. J
Cerita 2 hari kedepan, next section yak! Karena bakal panjang banget kalau dijadiin satu, hahaha. Aku aja males bacanya kalau kebanyakan... well.. semoga bermanfaat guys!

Jalan-jalan Ala Mahasiswa Setengah PNS Part 2

  Selepas isya, Aku, Apip dan Mas Azmi berjanji bertemu di depan minimarket dekat kosanku. Apip sudah siap dengan tas jinjing berisi laporan...