Selepas isya, Aku, Apip dan Mas
Azmi berjanji bertemu di depan minimarket dekat kosanku. Apip sudah siap dengan
tas jinjing berisi laporan kelompok ku dan Kholis. Jam tangan menunjukan pukul
19.30 saat itu mas Azmi yang memesan taxi online untuk kami menuju stasiun.
Malam itu hujan baru saja reda, saat sudah didalam mobil sang supir menanyakan
jadwal keberangkatan kereta kami. Kereta kami berangkat pukul 20.10 yang
artinya kami punya waktu sekitar 40 menit. Kata sang supir beberapa ruas jalan
terjadi kemacetan karena ada genangan. Ia menawarkan untuk melalui jalur tol
guna mempercepat waktu. Kami menyetujui dengan memberikan tambahan fee
kepadanya.
Sampai stastiun kami langsung
cetak tiket, boarding dan naik kedalam rangkaian kereta. Tak sampai 15 menit
kereta kami langsung berangkat menuju tujuan akhir stasiun pasar senen.
Perjalanan malam itu menghabiskan waktu selama ± 7 jam. Kami sempat mengobrol
sebentar sebelum akhirnya sibuk dengan makan malam masing –masing lalu kemudian
terlelap.
Pukul 03.40 kami sampai di
stasiun pasar senen. Kami beranjak menuju musholla untuk sholat subuh. Selesai
sholat subuh sekitar pukul 5 kami berdiskusi sebentar didepan musholla. Waktu
masih sangat pagi, kami memutuskan untuk mencari sarapan disekitar kawasan
kantor Dikti yang ternyata bersebrangan dengan area Glora Bung Karno. Mas Azmi
memesan taxi online untuk mengantar kami dari stasiun senen menuju senayan.
Mungkin bapak supir nya heran, jam 5 subuh ngapain ada yang order ke kantor
Dikti :D Aku duduk didepan bersama pak supir sementara Apip dan Mas Azmi
dibelakang. Percakapan ringanpun dimulai ...
“ini mas-mas mba nya dari mana ?”
“kami dari Semarang Pak.”
“walah jauh-jauh ada kegiatan apa
ini mba?”
“kami mau ke Dikti buat nganter
laporan kegiatan pak.”
“ini baru setengah 6 lho mba,
nanti disana belum buka juga pasti. Ini nanti turunnya tepat di kantor Diktinya
?”
“iyah pak nanti kami turun
dikantor diktinya saja ndapapa”
Saat itu aku menyalakan ponsel
dan membuka instagram. Dari dalam mobil aku merekam story perjalanan yang saat
itu melewati jalan yang kiri kanannya gedung-gedung pencakar langit. Daaan
terceletuklah candaan mas Azmi,
“Iki cah biasane ngubek2 desa
saiki main ke kota (ini anak biasanya muter2 di desa sekarang main ke kota),
maklum yah pak.”
“haha, gapapa mas. Sekali-kali
kita harus melihat dunia dengan sisi
berbeda.” Aku menjawab sok bijak.
Dan benar saja, kami sampai di
depan kantor Dikti disambut rintik gerimis tipis yang cukup buat rambut Apip
dan Mas Azmi klimis-klimis. Kami bingung beberapa saat karena kantor dikti
jelas-jelas belum buka dan disekitar situ adalah area perkantoran yang sulit
banget nyari warung atau tongkrongan untuk menghabiskan waktu. Aku yang
clingak-clinguk mendapati beberapa orang bergerombol dibelakang kantor dikti
dan sepertinya mereka adalah karyawan kantor yang sedang mencari sarapan. Benar
saja, saat kami mencoba beranjak dan mendekati kerumunan kecil tersebut disitu
ada seorang ibu yang menjual nasi uduk. Ojeh Klop! Kami memesan 3 porsi nasi
uduk, lengkap dengan telur dadar dan teh manis hangat di gelas plastik. Kami
makan disitu. Tapi, eitssss si ibu tidak menyediakan tempat duduk atau tikar
sehelaipun L
jadi mau tidak mau kami makan sambil duduk ditrotoar pinggir jalan, persis
gembel. Untung kami masih pakai jaket dan sepatu serta tas lengkap. :D jalanan
sekitar masih cukup sepi, ditemani gerimis yang masih manis kami menikmati nasi
uduk sampai habis.
Selesai dengan acara sarapan,
Apip mengajak kami untuk beranjak melihat-lihat stadion GBK yang kebetulan
berada tepat di sebrang kantor dikti. Okay, why not.
Kami masuk halaman GBK dan
beruntungnya langsung menemukan masjid. Sebuah tempat yang selalu menjadi
pilihan singgah saat kaki belum menentukan arahnya melangkah. Cuaca pagi yang
ditemani gerimis manis rupanya sangat cocok untuk istirahat. Kurang ajarnya,
mereka tidur dipelataran masjid dan membiarkan aku menjaga barang-barang kami
sendirian. Saat jam tangan menunjukan pukul setengah 8 aku membangunkan mereka
dan menyuruh mereka bersiap. Apip tiba-tiba berinisiatif mandi pagi dulu di
kamar mandi masjid.
“mau ketemu orang dikti masa ga
mandi dulu?:D” katanya.
Baiklah, aku menunggu mereka
berdua mandi. Lagipula mereka juga butuh ganti baju karena dari semarang mereka
hanya pakai kaos dan jaket. Khawatir sampai dikti malah diusir. Wkwkw
Kami kembali ke kantor dikti dan
menuju resepsionis kemudian mendapatkan kartu tanda pengunjung untuk bisa
mengakses lingkungan dikti. Kami kemudian naik ke lantai 5 gedung dikti untuk
bertemu Pak Yusman. Setelah hampir setengah jam menunggu sambil menyaksikan
kesibukan orang berlalu lalang akhirnya kami bertemu dengan beliau. Senangnya,
Pak Yusman ternyata bukan sosok pegawai yang terlalu to the point, sebelum kami
menyerahkan laporan tersebut beliau mengajak kami berdiskusi ringan tentang
PHBD dan kehidupan di dikti, sampai rencana kami selama di Jakarta mengingat
kami datang jauh-jauh dari Semarang.
“Mba, ini pak dosennya?” tanya
pak Yusman padaku.
“hehe ini teman saya pak, mas
Azmy.” Jawabku.
“walaah, saya kira bapak dosen
karena sekilas sudah mirip pak dosen ini mas nya.” Seloroh beliau.
Kami kemudian berbincang sampai
hampir setengah jam sebelum akhirnya serah terima laporan yang ditutup dengan
kegiatan utama yakni foto-foto alias dokumentasi. Sebelum pamit, beliau masih
menawarkan kami untuk lihat-lihat di kantor dikti. Namun, karena jadwal kereta
kami jam 3 sore nanti jadi kami memutuskan untuk langsung pamit agar sempat
mampir ke lokasi lainnya.
Ada Sebuah janji yang harus
kutunaikan adalah foto di depan logo kemenristekdikti. Haha meski jam kantor
sudah mulai dan mobil keluar masuk kami tetap santai jepret-jepret di depan
kantor dikti.
Sebelum memutuskan hendak
beranjak kemana setelah itu, kami jalan-jalan sebentar dibagian luar stadion
GBK. Saat itu, sedang hype-hype nya ajang Asean Games jadi suasana GBK memang
lebih meriah dari biasanya. Tidak sampai satu jam kami jalan-jalan di GBK
karena hari sudah mulai panas, kami memesan taxi online menuju masjid istiqlal.
Hari itu hari jum`at, Apip dan mas Azmi harus melaksanakan sholat Jum`at.
Kami menuju masjid Istiqlal untuk
melaksanakan sholat sekaligus makan siang disekitar situ. Jalanan hari itu
cukup padat dan bisa dibilang hampir macet. Sesuatu yang biasa di jakarta namun
agak jarang terjadi di Semarang. Hehe
“Ini emang udah mulai macet ya
pak?” tanyaku pada pak supir.
“iyah mba, ini juga kan bentar
lagi 2 desember to? Udah mulai ada massa juga yang bergerak buat reuni di
monas.” Jelas si bapak.
“oalaah pantesan ya pak, hehe”
“ini masih tanggal 30 November
ajah udah rame gini mba, kalau besok mungkin beberapa jalan menuju monas udah
di tutup gabisa kemana-mana pasti mba nya. Mba nya gak ada rencana nginep di
sini dulu kan?” tanya si bapak.
“engga sih pak, tadinya mau
nginep tapi syukurlah kita gak jadi nginep pak ini nanti jam 3 langsung pulang
ke Semarang.” Jelasku.
Kami sampai di masjid Istiqlal
saat waktu masih menujukan pukul 10. Sebelum sholat jumat aku mengajak mereka
untuk makan siang terlebih dulu disekitar masjid. Kami jalan kaki di bagian
luar pagar utama masjid istiqlal dan mendapati banyak pedagang beraneka ragam
pernak pernik mulai dari tasbih sampai topi berlafadz kalimat-kalimat suci.
Kami hanya berjalan sambil lihat kanan kiri yang penuh keramaian.
Tak lama kami menemukan jajaran
PKL dibawah jalur KRL. Salah satu pedagang menarik perhatian mataku dengan
tulisang “Ayam Goreng Sambel Gledek”. Haha sepertinya ini akan terasa seperti
kesamber gledek disiang bolong. :D
Makan siang dibawah rek kereta
KRL dengan menu Ayam Goreng Sambel Gledek ditemani backsound suara kereta yang
lewat benar-benar seperti suara gledek. Berkali-kali aku mengira bahwa hari
akan hujan. Sambil sibuk mengusap kening yang berkeringat deras karena memang
sambelnya bener-bener bikin lidah kesamber gledek :D
Setelah selesai dengan acara
makan, kami kembali ke area masjid untuk sholat jumat dan sholat dzuhur. Tentu
saja, saat sholat jumat aku menunggu mereka di teras masjid sambil menjaga
tas-tas besar mereka. Sholat jumat hari itu memang tidak seperti biasanya,
barisan tentara berseragam hijau memenuhi hampir seluruh teras masjid. Aku yang
sedari tadi menunggu disitupun berangsur menggeser tempat duduk sampai akhirnya
terpojok di dekat kotak amal menuju tempat wudhu. Mengenaskan. Wkwkw.
Ada pemandangan yang aku tangkap,
selain banyak tentara berbaju hijau, peserta unjuk rasa berseragam putih-putih,
ibu-ibu bercadar, dan sebangsanya, aku melihat banyak penjual plastik kresek.
Mayoritas kakek-kakek sepuh. Mereka menawarkan plastik seharga 2000 rupiah
kepada jemaah sholat jumat untuk menaruh sepatu atau sendal mereka selama
sholat. Impressive! Jujur, aku lebih senang melihat orang-orang yang berjualan
keresek atau malah sekedar memungut koran bekas yang ditinggalkan jemaah sholat
ied, daripada pengemis yang meminta-minta dengan kondisi fisik yang masih
bugar, bermodal baju sobek dan bungkus permen, meminta-minta tanpa melakukan
apapun. Nonsense menurutku. Tidak mendidik dan tidak baik bagi mentalitas
manusia. Mungkin aku dikira jahat dan sebagainya, tapi tak apa, itu pandanganku
kawan.
Selesai mereka sholat jumat,
giliranku untuk menunaikan sholat dzuhur. Setelah selesai dengan acara sholat,
kami berjalan kaki menuju monumen nasional yang jaraknya sekitar 10 menit
berjalan kaki dari istiqlal.
Perjalanan ini kami tutup dengan
jalan-jalan di monas, ditengah hari yang panas, ditemani pemandangan jakarta
yang ganas. Kami sampai di Semarang disambut dengan sebuah lagu yang sangat
epic... Lemon Tree dari Fools Garden. Mantap!!